Perintah Menyantuni Kaum Dhuafa
Dalam surah Al-Isra’ Ayat 26-27
26. Dan
berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
Kandungan Surah Al-Isra’ Ayat 26-27
1. Allah Swt memerintahkan seorang muslim memberikan hak kepada keluarga,
Orang miskin, dan orang yang sedang perjalanan.
2. Hak yang harus dilakukan seorang muslim terhadap keluarga dekat, orang
miskin, dan orang yang sedang dalam perjalanan adalah mempererat tali
persaudaraan dan hubungan kasih saying, serta membantu meringankan beban
penderitaan yang mereka alami.
3. Hak keluarga dekat misalnya memperoleh penghormatan, kasih sayang, mengunjungi apabila tertimpa musibah, dan ikut gembira ketika memperoleh nikmat.
4. Hak fakir miskin, misalnya memperoleh sedekah, disayangi, dikasihani, dan membantu meringankan beban penderitaannya.
5. Hak
ibnu sabil/orang yang dalam perjalanan dengan tujuan baik adalah
memberikan bantuan dan pertolongan agar tujuan mereka tercapai.
II. Arti Dari Menyantuni Kaum Duafa
Beserta Orang Yang Pantas Diberi Santunan
Maksud
dari menyantuni kaum duafa ialah memberikan harta atau barang yang
bermanfaat untuk duafa, kaum duafa sendiri ialah orang yang lemah dari
bahasa Arab (duafa) atau orang yang tidak punya apa-apa, dan mereka
harus disantuni bagi kewajiban muslim untuk saling memberi, itu sebagai
bentuk ibadah kepada Allah Swt perlu digaris bawahi, bahwa “memberi”
tidak harus uang malah kita berikan makanan bisa tapi nanti ibadahnya
akan mengalir terus seperti halnya infak dan kalau sudah diberi akan
jadi tanggung jawab orang miskin itu, misal saja barang yang diberikan
digunakan untuk beribadah kepada Allah atau hal positif lainnya akan
terkena pahala yang sama, ketika Dia gunakan tadi, sebaliknya degan
digunakan mencopet atau judi kita tidak akan mendapat pahala buruk dari
orang miskin itu insya Allah pahalanya tidak akan berkurang setelah
memberi kepada orang miskin itu gunakan.
Dan menurut para ulama menyantuni kaum duafa akan menyelamatkan diri kita dari
api neraka, tapi sekarang banyak manusia yang segan megeluarkan
hartanya untuk berinfak pada kaum duafa, tapi ada juga yang selalu
membantu kaum dufa itu, bukan saja yang berarti
duafa pada orang miskin juga bisa pada misalnya ; panti asuahan,
membangun masjid, kepada diri sendiri, anak yang putus sekolah biayai pendidikannya sampai tingkat SMA , dan keluarga dekat serta orang yang sedang perjalanan, ini sama dijelaskan pada surat Al-isra’ ayat 26-27.
Untuk anak yatim, Islam memerintahkan untuk memeliharanya (1). Memuliakannya (2). Tidak boleh berlaku sewenang-wenang (3). Menjaga hartanya ( kalau ada), sampai anak yatim tersebut dewasa, mandiri dan bisa mengurus hartanya (4).
Seperti dijelaskan dalam hadist bukhari dibawah ini bila seseorang memelihara anak yatim :
(1) Dari Sahl bin Sa’ad r.a.,
katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saya dan orang yang memelihara
anak yatim itu dalam syurga seperti ini." Beliau mengisyaratkan dengan
jari telunjuk dan jari tengahnya dan merenggangkan antara keduanya itu." (Riwayat Bukhari)
(2) Surat Al Fajr ayat 17 “Sekali-kali tidak (demikian). Sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim”
(3) Surat Adh Dhuhaa ayat 9 “Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenag-wenang ”
(4) Al-Isra’ : 34, Al-Baqarah : 220, An-Nisa : 2, An-Nisa : 6
Untuk fakir miskin, kita harus menganjurkan orang untuk memberi makan. Kalau tidak, bahaya, cap kita adalah pendusta agama (5). Fakir miskin juga termasuk kedalam golongan yang berhak menerima zakat pun harta rampasan perang dari umat muslim (6).
Ada Dalam Al-Qur’an ayat berikut :
(5) Al Maun : 3
(6) Al Anam : 141, Al Baqarah : 177, Al Anfaal : 41, Al Hasyr : 7
Perlu
ditekankan, bahwa defenisi Islam untuk orang yang miskin adalah orang
yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya, dan tidak pernah berfikir untuk
diberi sedekah dan tidak mau pergi untuk meminta-minta kepada orang
lain (7) .
Jadi orang seperti inilah, yang menyebabkan anda menjadi pendusta agama
saat tidak menganjurkan untuk memberinya makan. Dan orang seperti
inilah yang berhak terhadap zakat dan bagian dalam harta fa’i. dalam
hadist buhari dan muslim dijelaskan :
(7) Dari abu hurairah ra. ia
berkata rasulullah saw bersabda; "bukan dinamakan orang miskin, orang
yang meminta-minta kemudian ia tidak memperoleh sesuap dan dua suap
makanan atau tidak memperoleh satu dan dua buah butir kurma tapi yang
dinamakan orang miskin adalah orang yang tidak dapat mencukupi
kebutuhannya dan tidak pernah berpikir untuk diberi sedekah dan ia juga
tidak mau pergi untuk meminta-minta kepada orang lain (HR Bukhari dan Muslim )
Meminta-minta
didalam Islam sangatlah tidak dianjurkan. Ia hanya pilihan untuk
kondisi sangat genting. Kepepet kata orang kita. Karena banyaknya
keburukan yang didapat dari meminta. Ketika meminta-minta, orang akan
otomatis kehilangan keberkahan harta (8).
Dan sesuai konteks, meminta itu untuk menyelamatkan diri dari kondisi
kepepet,maka harus sedikit saja. Secukupnya untuk menutupi kekurangan
yang ada, tidak boleh untuk memperkaya diri, karena sama dengan meminta
bara api (9). Untuk
itu, dalam kondisi yang melaratpun, umat Islam harus tetap berusaha
mandiri dengan jalan halal. Keringanan dengan jalan meminta-minta ini
hanya diperbolehkan karena tiga sebab, yaitu : Seperti Hadist No. (10)
-
pertama seseorang yang menanggung beban yang amat berat, maka ia
diperbolehkan meminta-minta sampai dapat memperingan bebannya; kemudia
ia mengekang dirinya untuk tidak meminta-minta lagi;
-
kedua seseorang yang tertimpa kecelakaan dan hartanya habis, maka ia
boleh meminta-minta sampai mendapatkan kehidupan yang layak,
-
yang ketiga seorang yang sangat miskin sehingga ada tiga orang yang
bijaksana diantara kaumnya mengatakan" si fulan benar-benar miskin" maka
ia diperbolehkan meminta-minta, sampai dapat hidup dengan layak.
Dalam hadist riwayat bukhari & muslim Dijelaskan ialah :
(8) Dari hakim bin hizam ra. ia berkata; saya
meminta kepada rasulullah saw, maka beliau memberi saya ; kemudian saya
meminta lagi kepada beliau dan beliau memberi saya lagi. kemudia beliau
bersabda; " Hai hakim, sesungguhnya harta itu memang manis dan
mempesonakan. siapa saja mendapatkannya dengan kemurahan jiwa, maka ia
mendapatkan berkah, tetapi siapa saja mendapatkannya dengan
meminta-minta, maka ia tidak akan mendapatkan berkah, ia bagaikan orang
yang sedang makan tetapi tidak pernah merasa kenyang. Tangan di atas
(yang memberi , lebih baik daripada tangan dibawah ; hakim berkata;
wahai rasulullah , demi zat yang mengutus engkau dengan kebenaran, saya
tidak akan menerima sesatu pun dari seseorang seduah pemberianmu ini
sampai saya meninggal dunia (HR Bukhari dan Muslim )
(9) Dari abu hurairah ra
ia berkata; rasulullah saw bersabda; "siapa saja yang meminta- minta
kepada sesama manusia dengan maksud untuk memperbanyak harta kekayaan,
maka sesusungguhnya ia meminta bara api; sehingga terserah kepadanya
apakah cukup dengan sedikit saja atau akan memperbanyaknya (HR Muslim )
Selain tiga hal diatas, Rasul menyatakan usaha meminta-minta adalah haram.
Dari
pemaparan jalan yang ditawarkan Islam diatas jelas bahwa menurunkan
Perda Pelarangan Memberi Uang Kepada Pengemis, tidak bijak. Apalagi
dengan tujuan utama, kebersihan dan ketertiban. Si Penguasa sama dengan
menzalimi pengemis-pengemis dan gelandangan. Tapi terlebih dahulu, dia
menzalimi diri sendiri dengan menimbun gunugan dosa kezhaliman.
(10) Dari abu bisyr Qabishah bin al Mukhariq ra, ia
berkata; saya adalah orang yang menanggung beban amat berat, maka saya
mendatangi rasulullah saw untuk meminta bantuannya meringankan beban
itu, kemudia beliau bersabda " tunggulah sampai ada zakat yang datang
ke sini, nanti akan aku suruh si amil (pengumpul dan pembagi zakat)
untuk memberi bagian kepadamu , kemudia beliau bersabda; Wahai Qabishah ,
meminta-minta itu tidak diperbolehkan kecuali ada salah satu dari 3
sebab;
- pertama seseorang yang menanggung beban yang amat berat, maka ia diperbolehkan meminta-minta sampai dapat memperingan bebannya; kemudian ia mengekang dirinya untuk tidak meminta-minta lagi;
-
kedua seseorang yang tertimpa kecelakaan dan hartanya habis, maka ia
boleh meminta-minta sampai mendapatkan kehidupan yang layak,
-
yang ketiga seorang yang sangat miskin sehingga ada tiga orang yang
bijaksana diantara kaumnya mengatakan" si fulan benar-benar miskin" maka
ia diperbolehkan meminta-minta, sampai dapat hidup dengan layak,
wahai
Qabishah meminta-minta selain disebabkan tiga hal tadi adalah usaha
yang haram dan orang yang memakannya berarti ia makan barang haram (HR Muslim )
Perintah Menyantuni Kaum Dhuafa
Reviewed by Jp Tbn
on
Mei 19, 2014
Rating:
Tidak ada komentar: