Mendidik Anak Dengan Keteladanan
Kebahagiaan sebuah keluarga itu
bukan hanya dibangun dari harmonisnya suami-istri yang saling mengasihi, tetapi
juga dipengaruhi oleh baik-buruknya perilaku anak dalam keluarga tersebut.
Karenanya orang tua berkewajiban untuk memberikan pendidikan yang baik kepada
putra-putrinya agar mereka dapat berperilaku sesuai dengan harapannya. Salah
satu langkah yang harus dilakukan adalah memberikan keteladanan kepada mereka.
sebab orang tua memiliki pengaruh yang kuat dalam pembentukan karakter anak.
Niken
Hartati S.Psi, Seorang Psikolog Universitas Negeri Sumbar, menghimbau kepada
orang tua untuk mengedepankan keteladanan dalam mendidik anak, karena anak-anak
cenderung meniru sesuatu yang ada di depan mereka. Oleh sebab itu pengaruh
orang tua sangat kuat dalam pembentukan karakter anak, Ini semua menjadi penting karena anak
akan mencontoh orang tuanya. Mereka menjadi baik, lewat proses panjang, melalui
contoh-contoh yang diajarkan orang tuanya, dan juga doa.
Saat
ini anak-anak mengalami krisis keteladanan. Hal ini terjadi karena sedikitnya
orang tua yang memainkan perannya secara langsung dalam mendidik anak, demikian
pula sangat sedikit media masa yang mengangkat tema tokoh-tokoh teladan bagi
anak-anak. Tayangan-tayangan televisi misalnya, didominasi acara hiburan dalam
berbagai variasinya. Tayangan sinetron atau infotainment sama sekali tidak
memberikan contoh kehidupan Islami secara utuh, bahkan cenderung menayangkan
ajaran-ajaran yang menyimpang dari kebenaran, meskipun dalam kemasan acara yang
sifatnya relegius sekalipun. Sementara itu porsi penanaman akhlak mulia melalui
contoh pribadi teladan pada pelajaran-pelajaran keislaman di sekolah juga masih
sangat rendah.
Mendidik
dengan keteladanan merupakan cara yang cukup efektif, karena sebelum anak
melakukan sebuah instruksi, mereka sudah mengetahui dan memahami apa yang
dikehendaki orang tuanya. Orang tua pun akan mudah memberikan insruksi ketika
apa yang dikehendaki dari anak-anaknya, sudah dilakukannya. Metoda tersebut
akan menjadi alternatif dari sekian metoda pendidikan lainnya dalam lingkungan
keluarga.
Disampin
itu, mendidik anak dengan keteladanan merupakan cara yang cukup efisien, karena
orangtua tidak harus cape, menguras tenaga dan merasa terbebani secara fisik,
waktu maupun materi.. Bahkan, orangtua yang demikian akan memiliki harga diri
lebih tinggi dihadapan anak-anak mereka, sesuai dengan peran yang harus
dimainkan.
Nabi
Muhammad Saw merupakan guru besar bagi umat manusia, demikian pula dengan Nabi
Ibrahim as, keduanya merupakan dua nabi yang memiliki gelar “Uswatun Hasanah”
yang Allah catat di dalam Al-Quran. Setiap oang tua yang menerapkan pola
Uswatun Hasanah (memberikan teladan baik) dalam pendidikan anak, maka proses
dakwah dan pendidikan keluarga akan berjalan secara normal dan efektif. Bagi
seorang da’i atau da’iah, maka dakwahnya akan mudah diterima oleh mustami’ jika
dia tidak hanya mampu beretorika saja, tetapi juga mampu memberikan contoh
terapan dari teori yang diajarkan. Demikian juga bagi seorang tenaga pendidik
di sekolah, baik seorang kepala sekolah, guru ataupun tenaga lainnya akan mudah
dalam memberikan pesan, apabila mereka memiliki keteladanan.
Dalam
kondisi krisis keteladanan ini, keluarga menjadi basis penting bagi anak untuk
menemukan keteladanan. Maka, orang tua sudah selayaknya menjadi figur pertama
bagi anak untuk memenuhi kebutuhan ini.
Untuk itu ada kiat-kiat yang bisa
dilakukan oleh orang tua dalam proses pembentukan karakter dan akhlak Islami
pada anak agar mnjadi pribadi teladan:
Pertama,
Orang tua harus menjadi pelaku utama dalam berbuat kebaikan
Menjadi teladan bagi anak berarti
memberi contoh pada mereka bagaimana cara bertindak dan berperilaku baik dalam
kehidupan, sehingga anak mendapat stimulan yang tepat dan benar secara
langsung, tanpa harus memahami teori yang rumit terlebih dulu.
Kedua,
Istiqomah dalam memberikan keteladanan.
Memberikan keteladanan kepada anak itu jangan hanya pada waktu tertentu saja,
tetapi harus dilakukan setiap saat, terus menerus dan dalam segala hal.
Ketiga,
Hindari unsur riya dan sum’ah (ingin dilihat dan didengar orang lain).
Keikhlasan dalam mendidik sangat
diperlukan, karena keikhlasan itu menjadi cahaya yang memantul ke dalam jiwa
anak, karena anak memiliki hubungan emosional yang sangat kuat dengan orang tua.
Untuk itu ketika orang tua merasa berhasil dalam medidik anak-anak, tidak
semestinya memamerkan keberhasilan itu kepada orang lain tetapi cukup
mensyukurinya.
Keempat,
Orang tua hendaklah mengenalkan tokoh-tokoh teladan dalam Islam.
Disamping menjadi teladan secara langsung dalam menjalani
kehidupan , perlu kiranya mengenalkan kepada anak-anak sosok figur dalam Islam
yang pantas diteladani, diantaranya dengan mendorong mereka gemar membaca sirah
Nabi Muhammad saw. dan juga profil orang-orang shalih, baik dari kalangan
Sahabat, Tabi’in, Tabiut Tabi’in, maupun orang-orang yang mengikuti jejak
mereka.
Kelima,
menghargai nasihat dan kebenaran meskipun dari seorang anak kecil.
Tidak jarang orang tua menggunakan
aji-aji mumpung (mumpung jadi orang tua) dalam mendidik anak-anak. Dengan
konsep ini menjadikan orang tua merasa selalu unggul dari anaknya, meskipun
sebenarnaya dalam posisi salah. Sikap sportif adalah sikap yang bijaksana,
sehingga ketika orang tua berbuat kesalahan, dia mampu menghargai nasihat, meskipun
itu dari anaknya. Ibnu Mas’ud pernah dinasihati beliau dengan kalimat,
“Sembahlah Allah dan jangan kau sekutukan dengan yang lain. Berjalanlah kamu
bersama Al-Qur’an di mana pun kamu berada. Terimalah kebenaran dari siapapun,
baik dari anak kecil ataupun dari orang dewasa, meskipun ia adalah orang jauh
yang kamu benci. Dan tolaklah kebatilan dari siapapun, baik dari anak kecil
atau orang dewasa, meskipun itu adalah orang dekat yang kamu cintai.” (H.R Abnu
Asaakir dan Ad-Dailami).
Keenam,
mengajak anak berziarah kepada orang-orag yang sholih.
Berziarah kepada orang-orang sholih
merupakan hal yang lazim dilakukan sehingga anak berkesempatan untuk berdialog
dengan mereka, menimba ilmu dan pengalaman dari mereka, selanjutnya diharapkan
anak dapat meneladaninya.
Ketujuh,
Gunakan metode pembiasaan terutama untuk anak usia balita.
Dalam pembiasaan ini, orang tua
hendaknya termotivasi untuk senantiasa merujuk kepada perilaku Rasulullah saw.
ketika membetulkan sikap atau perilaku yang keliru dari anak, dan jangan
lupa gunakan bahasa yang lembut dan dapat diterima anak..
Kedelapan,
Gunakan metode dialog pada anak usia remaja
Pada masa remaja anak memiliki
kecenderungan untuk bebas dan egois dalan sikap. Pada usia ini anak tidak suka
dikomando, maka orang tua hendaklah mengalokasikan waktu untuk berdialog dengan
mereka tentang kondisi ideal yang diharapkan ada pada mereka. Suasana dialog
juga harus dikondisikan sedemikian rupa agar mereka merasa nyaman, sehingga
dapat mencerna nilai-nilai yang hendak ditanamkan.
Kesembilan,
Pilihkan anak-anak Sekolahan yang memiliki visi dan misi yang sama dengan orang
tua.
Kesamaan visi dan misi sangat
dibutuhkan, sehingga tidak menimbulkan kebingungan dan kebimbangan pada anak
terhadap perbedaan yang terjadi dalam penanaman akhlak yang baik.
Kesepuluh,
Berikan mereka peluang dan kesempatan (tenggang waktu)
Tidak semua anak dapat menerapkan pelajaran yang diterimanya
secara langsung, terkadang ada diantara mereka yang membutuhkan tenggang waktu
untuk berfikir, mencerna dan menerapkan pelajaran itu. Sikap tergesa-gesa orang
tua hanya akan membuatnya lebih sering mencela anak dari pada mendorongnya
apalagi memujinya.
Kesebelas, Hargai kemampuan anak dengan bahasa yang dapat difahaminya dan cara yang bijaksana. Sebagaimana orang dewasa anak juga ingin diakui keberadaanya, apalagi ketika mereka berprestasi. Ada baiknya bila orang tua dapat belajar menghargai prestasi anak meskipun hanya dengan memberikan pujian padanya. Pujian itu meskipun sangat sederhana tetapi sangat berarti bagi anak, sayangnya banyak dari orang tua yang lebih banyak mencela dari pada memuji.
Paparan
di atas menunjukkan pentingnya keteladanan dalam mendidik anak, sebab orang tua
adalah orang yang paling dekat dengan anak, terutama dalam hubungan
emosionalnya. Semoga setiap orang tua selalu menyadari perannya dan dapat
memberikan apa yang menjadi hak bagi anak termasuk hak memperoleh pendidikan
yang baik. Wallahua’lam bishshowab.
Barokallah, Semoga Bermanfaat...
"JPT"
Mendidik Anak Dengan Keteladanan
Reviewed by Jp Tbn
on
Juni 11, 2015
Rating:
Tidak ada komentar: