Puasa Hari Asyura’ dan
Tasu’a (tanggal 9 dan 10 Muharram)
Khutbah Pertama
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَ عِبَادَهُ أنْ
يَذْكُرُوْهُ ذِكْرًا كَثِيْرًا، وَأَعَدَّ لَهُمْ عَلَى ذِكْرِهِ مَغْفِرَةً
وَأَجْرًا كَبِيْرًا، وَجَعَلَ اْلقُلُوْبَ تَطْمَئِنُّ بِذِكْرِهِ، وَهُوَ
سُبْحَانَهُ يَذْكُرُ مَنْ ذَكَرَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهَ،
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
أَكْرَمُ مَنْ وَحَّدَّهُ، وَأَجَلُّ مَنْ ذَكَرَهُ، اللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ
وَبَارَكَ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ اْلأَوَّاهِ اْلمُنِيْبِ، وَعَلَى آلِهِ
وَعِتْرَتِهِ الطَّيِّبَةِ، وَعَلَى أَصْحَابِهِ اْلكِرَامِ البَرَرَةِ
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ
الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ
وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
فَأُوْصِيْكُمْ ــ عِبَادَ اللهِ ــ وَنَفْسِي
بِتَقْوَى اللهِ، فَإِنَّهَا هِيَ اْلعُدَّةُ اْلوَافِيَةُ، وَاْلجُنَّةُ
اْلوَاقِيَةُ، فَاتَّقُوْا اللهَ رَبَّكُمْ فِيْ السِّرِّ وَاْلعَلَانِيَّةِ،
وَكُوْنُوْا مِنْ عِبَادِهِ اْلمُتَّقِيْنَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ
الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ
مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ
بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا .يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا
عَظِيمًا
Jamaah
Sholat Jumuat yang dirahmati Allah
Allah SWT Berfirman
إِنَّ
عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًۭا فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ
يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌۭ ۚ ذَٰلِكَ
ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَٰتِلُوا۟
ٱلْمُشْرِكِينَ كَآفَّةًۭ كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةًۭ ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟
أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah
ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit
dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus,
maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan
perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu
semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. At-Taubah: 36)
Maha suci Allah yang
mengatur alam semesta ini dengan tertata dan begitu detailnya. Adanya siang
diiringi dengan adanya malam. Waktu berganti secara semestinya, dan penuh
kedisiplinan tanpa ada halangan atau kemacetan layaknya sebuah mesin buatan
manusia. Dunia yang sudah tua ini dari sejak terciptanya hingga sekarang tetap
berputar secara baik dan lancar, dimana dalam satu tahun terdapat dua belas
bulan.
Dalam ayat yang tersebut
di atas, Allah mengajarkan kepada manusia bahwa Dia Maha Kuasa dan Maha
memiliki satu waktu bernama tahun. Dalam satu tahun ada dua belas bulan. Tentu
maksud dua belas bulan di sini adalah bulan-bulan Hijriyah yaitu; Muharrom,
Shofar, Robiul Awwal, Robiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rojab, Sya’ban, Romadhon, Syawal,
Dzulqa’dah, dan Dzulhijjah. Bulan-bulan ini
hendaknya lebih dikenal kaum muslimin daripada bulan Masehi, karena ini adalah
bagian dari agama dan sebagai warisan dari para salafus shahih. Untuk
memudahkan menghafal bulan tersebut, bisa dengan menyingkatnya sebagai berikut
sesuai urutan bulan: Muso Roro Juju Rosya Rosya Dzuldzul. Mudah, dan faham
maksudnya, bukan?
Di antara dua belas bulan
tersebut terdapat bulan-bulan istimewa menurut Allah yang disebut sebagai
bulan-bulan haram. Bulan istimewa tersebut berjumlah empat, dan nama-namanya
telah dijelaskan di dalam sabda Nabi berikut:
الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ
وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ،
ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ،
وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
“Setahun berputar
sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu
ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya
berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan
Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil
(akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679)
Bulan haram yang
dijelaskan Nabi Muhammad adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Apa maksud dari
haramnya bulan-bulan ini? Para alim ulama menjelaskan dalam kitab-kitab mereka
tentang sebab yang menjadikan empat bulan ini lain dari yang lain. Kata haram
disini mungkin lebih tepat jika disebut mulia, suci, atau terhormat sebagaimana
kata haram yang dinisbatkan kepada sutu masjid termulia yaitu Masjidil Haram.
Masjidil Haram adalah
masjid yang sangat mulia yang didalamnya ada Ka’bah al Musyarrafah. Ibadah-ibadah di dalamnya adalah
ibadah khusus yang tidak bisa dilakukan di tempat lain seperti Tawaf, Sa’i, menyentuh Hajar Aswad, Rukun Yamani, berdoa
di Multazam dan seterusnya. Shalat di dalam Masjidil Haram lebih baik dan utama
dari 100.000 shalat di tempat lain.
Inilah kemuliaan besar dari Masjidil Maram tersebut.
Menelisik lebih jauh
terhadap bulan Muharram, paling tidak terdapat dua momentum yang acapkali
mendapat perhatian penting oleh umat Islam, yaitu peringatan tahun baru hijriah
pada tanggal 1 Muharram dan Hari Asyura pada setiap tanggal 10 Muharram. Dan
dapat pula menggabungkan kepadanya puasa Tasu‘a, yaitu hari kesembilan bulan
Muharram. Hal ini berdasarkan dalil:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ قُرَيْشًا كَانَتْ تَصُومُ يَوْمَ
عَاشُورَاءَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ ثُمَّ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصِيَامِهِ حَتَّى فُرِضَ رَمَضَانُ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ
[متفق عليه]
Dari ‘Aisyah r.a.
(diriwayatkan) bahwa orang-orang Quraisy pada zaman Jahiliah melakukan puasa ‘Asyura’,
kemudian Rasulullah saw memerintahkan agar melakukan puasa ‘'asyura’ tersebut sehingga
diwajibkan puasa Ramadan, dan Rasulullah saw mengatakan: Barang siapa yang
ingin melakukan puasa ‘asyura’ silahkan, dan barang siapa yang tidak ingin
melakukannya silahkan berbuka. [Hadsi muttafaq ‘alaih].
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللهُ عَنْهماُ قَالَ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى
غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي
شَهْرَ رَمَضَانَ
[رواه البخاري]
Dari Ibnu Abbas r.a.
(diriwayatkan bahwa) ia berkata: Saya tidak pernah melihat Rasulullah saw
membiasakan berpuasa suatu hari yang lebih diutamakan dari yang lainnya kecuali
hari ini, yaitu hari Asyura’ dan bulan ini, yaitu
bulan Ramadan. [HR. al-Bukhari].
عَنْ حَفْصَةَ قَالَتْ أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِيَامَ عَاشُورَاءَ وَالْعَشْرَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ
مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ
[رواه أحمد والنسائي]
Dari Hafshah r.a.
(diriwayatkan bahwa) ia berkata: Ada empat perkara yang tidak pernah
ditinggalkan oleh Nabi saw, yaitu puasa Asyura’, tanggal sepuluh dan tiga hari setiap bulan serta shalat dua
rakaat sebelum shubuh. [HR. Ahmad dan an-Nasa’i].
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللهُ عَنْهُ قَالَ حِينَ صَامَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى
فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ
الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ
الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ
سَلَّمَ
[رواه مسلم وأبو داود]
Dari Ibnu Abbas r.a.
(diriwayatkan bahwa) ia menerangkan: Ketika Rasulullah saw berpuasa pada hari
Asyura’ dan menyuruh para sahabat
juga berpuasa, maka mereka berkata: Wahai Rasulullah, hari Asyura’ itu adalah hari yang
diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Maka Rasulullah saw bersabda:
Kalau demikian, Insya Allah tahun depan kita berpuasa [juga] pada hari yang
kesembilan. Ibnu Abbas melanjutkan ceritanya: Tetapi sebelum datang tahun depan
yang dimaksud, Rasulullah saw telah wafat. [HR Muslim dan Abu
Dawud].
Khutbah
Kedua
اَلحَمْدُ
للهِ حَمْدًا كَمَا اَمَرَ. وَأَشْهَدُ اَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ إِرغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ وَأَشْهَدُ أَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلاَئِقِ وَالبَشَرِ. اَللَّهُمُّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ
بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ , أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَ الُمسْلِمِيْنَ
إِتَّقُوْا
اللهَ تَعَالَى وَذَرُوْا الفَوَاخِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا يَطَنَ وَحَافِظُوْا
عَلَى الطَّاعَةِ وَخُضُوْرِ الجُمُعَةِ وَالجَمَاعَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ
أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ المُسَبِّحَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ
وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى
النَّبِيِّ يَااَيَّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وِسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا.
اللَهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالمُسلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ
أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ, اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
المُسْلِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الغَلاَءَ
وَالوَبَاءَ والرِّبَا وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الفِتَنِ
مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بِلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ
بِلاَدِ المُسلِمِينَ العَامَّةً يَارَبَّ العَالَمِينَ.
إِنَّ اللهَ يَأمُرُ بِالعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى القُربَى
وَيَنْهَى عَنِ الفَخْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُم لَعَلَّكُم
تَذَكَّرُوْنَ, فَاذْكُرُوْا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ
أَكبَرُ
Tidak ada komentar: