Pakaian Antara Nikmat dan Dosa
Bertakwalah kepada Allah. ingatlah akan
nikmat-nikmat-Nya atas kalian. Karena sesungguhnya mengingat nikmat adalah
sebab yang menjadikan seseorang itu bersyukur kepada yang memberi nikmat.
Bersyukur akan menjadi sebab bertambahnya nikmat. Allah ﷻ berfirman,
“Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.” (QS:Ibrahim
| Ayat: 7).
Ibadallah,
Di antara nikmat Allah yang besar kepada kita
adalah Dia berikan kepada kita pakaian. Ini adalah nikmat dan anugerah yang
besar. Oleh karena itu, Allah ﷻ beberapa kali mengulangi penyebutan nikmat ini.
Karena ia adalah nikmat yang besar dan indah. Dia mengulang penyebutannya dalam
surat An-Nahl yang diistilahkan oleh para ulama dengan surat kenikmatan.
Lantaran banyak nikmat Allah kepada hamba-Nya yang Dia sebutkan dalam surat
tersebut. Di bagian akhir surat, Allah ﷻ berfirman,
“Dia
jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi)
yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan
nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).” (QS:An-Nahl | Ayat:
81).
Ibadallah,
Pakaian adalah nikmat yang besar yang Allah ﷻ
anugerahkan kepada para hamba-Nya. Dengan pakaian, seseorang dapat melindungi
dirinya dari panas, dingin, dan memperindah penampilannya. Allah ﷻ berfirman,
“Hai anak
Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu
dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik.
Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah,
mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS:Al-A’raf | Ayat: 26).
Dalam ayat ini, Allah ﷻ menyebutkan
kenikmatan-Nya untuk para hamba-Nya dengan dua pakaian. Pakaian batin yakni
ketakwaan. Dan pakaian zhahir yaitu pakaian yang menutupi aurat dan sesuatu
yang ingin mereka tutupi. Ini adalah nikmat yang besar.
Takwa tempatnya di hati. Apabila hati dihiasi
dengan ketakwaan, maka akan tampak indah anggota badan dengan melakukan amalan
yang baik. Apabila takwa hilang dari hati, yakni pakaian yang mulia ini pergi,
maka badan akan terperosok ke dalam hal-hal buruk dan kejelekan. Karena itu,
seseorang yang menutupi raganya dengan pakaian zhahir merupakan buah dari
usahnya memberi pakaian hatinya dengan ketakwaan. Apabila ketakwaan ini pergi,
pergi pula pakaian yang baik untuk badannya. Apabila seseorang menghiasi
hatinya dengan pakaian takwa, maka ia juga akan bersemangat memakaikan raganya
dengan pakaian terhormat. Ia memiliki rasa malu.
Ibadallah,
Pakaian adalah penutup aurat seseorang. Perhiasan
dan memperbaiki penampilan. Ia adalah nikmat besar dari Allah ﷻ. Dengan
pakaian, seseorang memiliki penampilan yang indah. Dengan pakaian, seseorang
menutupi auratnya. Dan dengan pakaian seseorang terlindungi dari panas dan
dingin.
Karena pakaian adalah nikmat yang besar, setan
memainkan tipu dayanya pada manusia dalam permasalahan ini. Mereka ingin
manusia berpakaian, namun tetap mempertontonkan auratnya. Dengan pakaian pula,
setan hendak memisahkan manusia dari kehormatan dan rasa malunya.
Ingatlah setan adalah musuh manusia. Dan tipu
daya mereka dalam permasalahan pakaian ini adalah kisah lama yang mereka angkat
kembali. Allah ﷻ berfirman,
“Hai anak
Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah
mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya
pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya.” (QS:Al-A’raf | Ayat:
27).
Allah ﷻ kisahkan tipu daya klasik setan terhadap
manusia dalam permasalahan pakaian. Allah ingatkan dengan tegas kepada kita
tipu daya mereka dalam hal ini. Agar kita tidak kehilangan nikmat ini.
Ibadallah,
Secara bertahap setan mengurai strateginya agar manusia
terjerumus ke dalam krusakan dan perbuatan rendahan. Terutama pada kaum wanita.
Setan memanfaatkan sifat emosi wanita dan kekurangan agamanya, lalu
menjerumuskan mereka ke berbagai model dan bentuk pakaian yang membuka aurat,
yang berlebihan. Semoga Allah ﷻ menjaga kita dari dan keturunan kita dari tipu
daya setan ini, sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan.
Ibadallah,
Ujian dalam pakaian bisa dalam banyak hal. Wajib
bagi setiap orang untuk waspada. Pakaian adalah sesuatu yang mubah. Nabi ﷺ
bersabda,
كُلُوا
وَاشْرَبُوا وَالْبَسُوا وَتَصَدَّقُوا فِي غَيْرِ إِسْرَافٍ
وَلَا مَخِيلَةٍ
“Makan, minum, berpakaian, dan bersedekahlah,
tanpa ada sikap berlebih-lebihan dan kesombongan”. (HR. Bukhari).
Abdullah bin al-Abbas radhiallahu ‘anhuma
mengatakan,
كُلْ
مَا شِئْتَ وَالْبَسْ مَا
شِئْتَ مَا أَخْطَأَتْكَ اثْنَتَانِ
سَرَفٌ أَوْ مَخِيلَةٌ
“Makanlah sesuka kalian dan berpakaianlah sesuka
kalian, selama kalian tidak melakukan dua perbuatan yaitu berlebihan dan
sombong. (HR. Ibnu Abi Syaibah).
Pakaian adalah sesuatu yang boleh, tidak dilarang
syariat. Namun syariat membuat koridor agar ia tetap indah dan tetap menjadi
salah satu kebahagian manusia. Dan tidak menghalangi mereka meraih kesuksesan
dunia dan akhirat. Karena itu, wajib bagi setiap muslim memperhatikan koridor
syariat dalam permasalahan pakaian ini. Agar mereka dapat menjaga keutamaan dan
kesempurnaan pakaian itu.
Di antara bentuk pakaian yang dilarang oleh Nabi ﷺ
adalah pakaian yang menyerupai pakaian orang-orang non muslim. Ada sebuah
prinsip yang diajarkan beliau ﷺ kepada kita,
مَنْ
تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia
termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Dan terkait masalah pakaian ada dalil yang sifatnya
lebih khusus. Dari Abdullah bin Amru bin al-Ash, dia berkata bahwa Rasulullah ﷺ
pernah melihatnya memakai dua potong pakaian mu’ashfar (yang dicelup ushfur),
lalu beliau bersabda,
إِنَّ
هَذِهِ مِنْ ثِيَابِ الْكُفَّارِ
فَلاَ تَلْبَسْهَا
“Sesungguhnya ini adalah pakaian orang-orang
kafir, maka janganlah kamu memakainya.” (HR. Muslim).
Hadits ini memberikan batasan pada hokum pakaian.
Yang awalnya boleh, kemudian menjadi terlarang. Kita dilarang dari pakaian yang
menjadi kekhususan orang-orang non muslim. Termasuk juga celana-celan panjang
yang ketat. Yang membentuk lekuk-leku tubuh. Dilarang bagi laki-laki, apalagi
perempuan. Pakaian yang terlarang lainnya adalah pakaian yang menyingkapkan
aurat. Dan juga terlarang adalah pakaian-pakaian yang menunjukkan syiar-syiar
kekafiran. Seperti ada gambar salibnya, nama-nama tokoh mereka, gambar berhala,
gambar atlit-atlit sepak bola, aktor, penyanyi, dll. Memakainya tentu
bertentangan dengan ajaran Islam. Dan dilarang oleh Rasulullah ﷺ. Oleh karena
itu, hendaknya kita bertakwa kepada Allah pada diri kita dan keluarga kita.
Ibadallah,
Yang harus kita perhatikan dalam permasalahan
pakaian juga adalah pakaian yang isbal. Nabi ﷺ memberi peringatan keras dalam
permasalahan ini. Sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
dari Abu Dzar, Rasulullah ﷺ bersabda,
ثَلاَثَةٌ
لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ
يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ
عَذَابٌ أَلِيمٌ .. الْمُسْبِلُ وَالْمَنَّانُ وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ
“Tiga (golongan manusia) yang tidak akan diajak
bicara oleh Allah pada Hari Kiamat, tidak pula dilihat dan tidak disucikan
serta bagi mereka siksa yang pedih (mereka adalah); Musbil (orang
yang memanjangkan pakaiannya hingga ke bawah mata kaki). Orang yang
tidak memberi sesuatu kecuali ia mengungkit-ungkitnya. Dan orang yang
melariskan dagangannya dengan sumpah palsu.”
Orang pertama yang disebut Nabi ﷺ adalah
al-Musbil, yaitu seseorang yang pakaiannya menutupi mata kakinya.
Pakaian lainnya yang harus kita jauhi adalah
pakaian yang mengundang ketenaran. Pakaian yang nyentri, beda dari yang lain.
Ketika orang-orang menyebutnya, ooh.. dia yang berpakaian dengan ini dan ini.
Dia terkenal karena tampil beda. Ini termasuk bentuk pakaian yang diperintahkan
oleh Nabi ﷺ untuk dijauhi.
Wajib bagi setiap muslim, untuk mewaspadai tipu
daya orang-orang yang tidak senang dengan Islam dan bisikan setan. Seperti
menyeru wanita untuk menampakkan auratnya atas nama kebebasan dan model
pakaian. Seruan-seruan yang hakikatnya menjatuhkan derajat wanita itu sendiri.
Oleh karena itu, hendaknya para wanita muslimah bertakwa kepada Allah ﷻ dalam
keadaan sendirian ataupun di tengah keramaian. Hendaknya mereka menutupi aurat
mereka dengan pakaian terhormat yang telah diajarkan oleh Islam. Pakaian yang
menjaga diri mereka dari gangguan. Pakaian yang menjaga mereak dari bahaya dan
niat-niat yang buruk.
Berbicara tentang pakaian dan hubungannya dengan
wanita adalah pembicaraan yang luas. Hendaknya para orang tua sejak dini
mendidik putri-putri mereka dengan pakaian yang baik, terhormat, dan mulia.
Ya Allah, wahai Yang Maha Mulia, berilah pakaian
hati kami dengan pakaian takwa. Hiasilah ia dengannya. Anugerahkanlah kami
dengan kehormatan dan kebaikan. Jauhkanlah kami dari akhlak yang buruk, hawa
nafsu yang jahat, dan penyakit-penyakit yang buruk, sesungguhnya Engkaulah yang
mendengarkan doa.
Hendaknya kita senantiasa mengingat pesan Nabi ﷺ,
مَنْ
عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا
فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang
tidak bersumber dari kami, maka ia tertolak.”
Bersungguh-sungguhlah wahai hamba Allah, terus
dan terus, agar mendekatkan diri kepada Allah ﷻ dengan sesuatu yang
disyariatkan kepada kita. Berupa perkataan yang benar dan amalan yang shaleh.
Jauhilah bentuk-bentuk ibadah yang baru, yang dibuat-buat setelah Nabi ﷺ
meninggal. Setelah beliau ﷺ menyempurnakan agama ini. Karena beliau ﷺ
mengabarkan amalan seperti itu adalah amalan yang menyimpang.
Dalam kesempatan kali ini, khotib hendak
mengingatkan permasalahan mauled Nabi ﷺ. Ahli sejarah, berbeda pendapat tentang
kapan tanggal kelahiran Nabi ﷺ. Karena saat lahir, orang-orang tidak menaruh
perhatian yang besar kepada beliau ﷺ. Hingga beliau menginjak usia 40 tahun dan
diangkat menjadi rasul. Barulah orang-orang memperhatikan apa yang beliau
lakukan, apa yang beliau ucapkan, dan segala prilaku beliau ﷺ.
Di sisi lain, para ulama dan ahli sejarah sepakat
bahwa Nabi ﷺ wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal. Tentu suatu yang mengherankan
ketika kita memperingati sesuatu yang ulama berbeda pendapat dan tidak menaruh
perhatian padanya bertepatan dengan wafatnya beliau ﷺ. Ditambah lagi, hal ini
tidak beliau tuntunkan.
Berbakti kepada Nabi ﷺ, mengingat dan mengenang
beliau, serta meneladani beliau hendaknya dilakukan setiap hari. Mengkaji sirah
beliau dilakukan setiap hari, bukan setahun sekali. Sebagaimana berbakti kepada
ibu, memuliakan, menyanjung, dan mengenang jasanya, dilakukan setiap hari bukan
hanya pada hari ibu saja.
Marilah kita terus memperbaiki amalan kita.
Marilah kita bersemangat mengamalkan sesuatu yang jelas-jelas dan benar-benar
yakin itu diperintahkan oleh Nabi ﷺ. Senadainya kita mengisi hari-hari kita
dengan yang demikian, maka itu pun sudah sangat banyak, mungkin kita tidak
mampu. Mari kita sibukkan diri mengamalkan yang benar-benar disebutkan sebagai
ajaran beliau.
Pakaian Antara Nikmat dan Dosa
Reviewed by Jp Tbn
on
Januari 27, 2016
Rating:
Tidak ada komentar: