Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak
(editor: Jannus Tambunan)
Bagi seorang Muslim, masuk surga merupakan cita-cita tertinggi dan mulia sepanjang hidupnya. Namun ironisnya, terkadang perbuatannya berbicara lain. Perbuatan yang dia lakukan justru bisa menggiringnya ke neraka Allah dan menghalanginya dari surga.
Rasulullah bersabda:
ثَلَاثَةٌ قَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ الْجَنَّةَ مُدْمِنُ الْخَمْرِ وَالْعَاقُّ وَالدَّيُّوثُ الَّذِي يُقِرُّ فِي أَهْلِهِ الْخَبَثَ
“Tiga golongan manusia yang telah Allah haramkan
baginya surga (yaitu): pecandu khamer, orang yang durhaka kepada
orangtuanya dan ad-dayyuts (yakni) kepala rumah tangga yang
menyetujui keburukan dalam keluarganya.” (HR. Ahmad).
Dalam hadits ini, Rasulullah memberitakan
dengan tegas bahwa Allah mengharamkan surga atas tiga golongan manusia
ini. Diantaranya adalah ad-dayuts (yakni) kepala rumah tangga yang menyetujui
atau membiarkan keburukan dalam keluarganya, khususnya keburukan yang mengarah
kepada perzinaan. Misal pergaulan bebas, mengumbar aurat, ikhtilath (campur
baur) laki-laki dan perempuan yang bukan mahram atau yang semisalnya. Inilah
inti pembahasan kita pada kesempatan yang berbahagia ini.
Dalam hadits yang lain, Rasulullah bersabda:
ثَلَاثَةٌ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ وَالْمَرْأَةُ الْمُتَرَجِّلَةُ الْمُتَشَبِّهَةُ بِالرِّجَالِ وَالدَّيُّوثُ
“Tiga golongan manusia yang Allah ‘Azza wa
Jalla (tidak berkenan) melihat mereka, (yaitu) orang yang durhaka kepada
orangtuanya, wanita yang bergaya seperti lelaki dan menyerupainya, serta
ad-daiyuts.” (HR. Ahmad, an-Nasa’i dan al-Hakim).
Dalam dua hadits di atas, nampak jelas bahwa
seorang kepala rumah tangga beresiko besar terhalang dari masuk surga-Nya
bahkan disaat yang begitu mencekam, pada hari kiamat tidak dihiraukan Robb-nya.
Hal ini berakar pada prinsip yang disampaikan Rasulullah:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap anak itu, dilahirkan dalam keadaan
fithrah, lalu kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau
Majusi.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Begitulah kedua orangtua, terutama kepala rumah
tangga memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk kepribadian anak, baik
dalam hal aqidah, ibadah maupun akhlaq. Dengan demikian, adalah sebuah
kesalahan besar jika seorang kepala rumah tangga membiarkan istri dan anak
perempuannya mengumbar aurat di jalan-jalan, membiarkan mereka tanpa jilbab,
atau berjilbab tapi busananya sempit dan ketat membentuk lekukan tubuh sehingga
memancing keinginan buruk kaum lelaki yang berpenyakit hatinya. Padahal
Rasulullah memberitakan :
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا ….. وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Dua golongan manusia penduduk neraka yang belum
pernah aku lihat, (diantaranya) : …., dan kaum wanita berbusana, akan tetapi
telanjang, berjalan dengan berlenggak lenggok sambil memiringkan pundaknya
serta menambahkan sesuatu pada kepala mereka agar menarik perhatian, (manusia jenis
ini) tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal bau surga
bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Ahmad dan Muslim).
Sekiranya ada kepala rumah tangga yang dimasukkan
ke surga, akankah dia rela melihat istri tercinta, anak-anak tersayang menjadi
penghuni neraka, terpisah darinya, bahkan bau surga pun tidak bisa mereka cium?
Bagaimanakah tanggung jawab orang tua? Akankah dia
meraih keberuntungan ketika ia menyia-nyiakan ladang amal terdekatnya?
jawabannya tentu tidak.
Kalau membiarkan kemungkaran saja di hukumi dayyuts
lalu bagaimana dengan kepala rumah tangga yang menganjurkan atau bahkan
menyuruh keluarganya untuk berlaku maksiat. na’uudzubillah min dzalik.
Apakah mereka tidak pernah mendengar sabda:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang mengajak orang untuk mengikuti
petunjuk Allah, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang
mengikutinya, tanpa mengurangi pahala orang-orang tersebut sedikit pun. Dan
Barangsiapa yang mengajak orang lain untuk mengikuti kesesatan, maka ia
mendapatkan dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosa orang-orang yang mengikutinya sedikit pun.” (HR. Muslim dan Ahmad).
Setiap kebaikan yang kita ajarkan kepada orang lain,
termasuk kepada anak kita, maka pahalanya akan berlipatganda sebanding dengan
jumlah orang yang mengikuti ajaran kebaikan tersebut. Begitu juga dengan
keburukan, setiap keburukan yang diajarkan seseorang, maka dosanya akan
dilipatgandakan sebanding dengan jumlah orang yang mengikuti keburukan
tersebut.
Manakah yang akan kita pilih untuk diri kita?
Bergegas mengajarkan kebaikan? ataukah justru tanpa sadar menyesatkan anak-anak
kita yang merupakan aset tak ternilai harganya? Dengan membiarkan mereka tanpa
arah atau menyediakan televisi sebagai guru mereka.
Hendaklah kita selalu mengingat sabda Nabi Rasululloh :
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila seorang anak Adam telah wafat maka
terputuslah semua amal perbuatannya kecuali dari tiga perkara (yaitu) sedekah
jariyah, atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak sholeh yang mendoakannya.”
(HR. Muslim dan Abu Daud).
Tanpa pembinaan yang baik, maka seorang anak tidak
akan menjadi sholeh. Orang tuanyalah yang berperan dan mereka pulalah yang akan
memetik hasilnya. Alangkah ruginya! Orang tua atau kepala rumah tangga yang
menyia-nyiakan keturunannya tanpa arahan dan bimbingan. Sehingga mengakibatkan
ia menyimpang jauh dari ajaran Islam, tidak mengenal cara berbakti kepada kedua
orang tua. Kebiasaannya melakukan maksiat hanya akan menambah dosa, bahkan
menjadi aib kedua orang tuanya, baik tatkala orang tua masih hidup maupun
setelah meninggal dunia.
Semoga kita dijadikan orang tua yang gemar dan
sabar membimbing anak-anak, terutama anak perempuan kita, sehingga kita bisa
menikmati hasilnya di hari tua atau sepeninggal kita. Amin.
Wahai para orang tua, terutama kepala rumah tangga!
Diantara yang paling berpengaruh terhadap anak kita selain keluarganya adalah
teman. Maka perhatikanlah anak-anak kita! Dengan siapakah anak-anak kita
bergaul?
Rasulullah telah mengingatkan:
إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
“Sungguh permisalan teman duduk yang baik dan
yang buruk, adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Adapun
(jika berteman dengan-pen) penjual minyak wangi, maka mungkin kamu diberi
minyak wangi, atau kamu membeli darinya, atau (minimal-pen) kamu mencium bau
wanginya. Adapun (jika berteman dengan-pen.) tukang pandai besi, bisa jadi
bajumu terbakar atau kamu mencium bau yang tidak sedap darinya.” (HR.
al-Baihaqi).
Betapa banyak anak-anak yang terlahir di lingkungan
keluarga baik-baik, terbiasa dengan berbagai perangai yang baik, terdidik untuk
taat terhadap agama Islam dan menjunjung nilai-nilai moral yang terkandung
didalamnya, akan tetapi berubah seratus delapan puluh derajat, setelah mengenal
dunia luar dan salah memilih teman. Maka pembinaan anak dimulai dari lingkungan
keluarga dan terus kita pantau perkembangannya di lingkungan luar, supaya
benar-benar bisa kita memanen hasilnya di hari tua dan berlanjut sampai setelah
kita dipanggil oleh-Nya.
Semoga kelak kita Bersama
keluarga kita disurga-Nya. Amin
![Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgg9xJ5l4vfr0_wJud2hNc51jSjuvdxqUo7BdnxOwd2zB3BzXsBswucYL0cuoPllxvvwcMMgEOkLpGeZ6b5JER_C2UuBlrISI_NIN5Ow_DGRwQery2aABI8kdon1gnvavZ-z5G26gt5rVQ/s72-c/170129041617_keluargakokoh.jpg)
Tidak ada komentar: