Dunia
Dari
Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ،
فَرَّقَ اللهُ
عَلَيْهِ أَمْرَهُ ،
وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ
عَيْنَيْهِ ِ،
وَلَمْ
يَأْتِهِ مِنَ
الدُّنْيَا إِلَّا
مَا
كُتِبَ
لَهُ
،
وَمَنْ
كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ،
جَمَعَ
اللهُ
أَمْرَهُ ،
وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ
قَلْبِهِ ،
وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ
رَاغِمَةٌ.
“Barangsiapa
tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya,
menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia
kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat
(tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya,
menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan
hina.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan al-Baihaqi).
Kaum
muslimin rahimakumullah,
Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya n mencela sikap tamak kepada dunia.
Bahkan, Allah ‘Azza wa Jalla sangat merendahkan kedudukan dunia dalam
banyak ayat-ayat Alquran. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman bahwa kehidupan
dunia adalah kehidupan yang menipu :
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا
مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Kehidupan
dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Ali
‘Imran/3:185)
Allah
‘Azza wa Jalla juga berfirman:
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ
وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي
الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ
كَمَثَلِ غَيْثٍ
أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ
يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ
يَكُونُ حُطَامًا ۖ
وَفِي
الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ
اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ
وَمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا
مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga
tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya
mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat
warnanya kuning kemudian hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan
ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al-Hadîd/57:20)
Allah
‘Azza wa Jalla juga berfirman :
“Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan ini
hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang
kekal.” (Ghafir/40:39).
Apabila
seorang hamba menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya dan mengesampingkan
urusan akhiratnya, maka Allah ‘Azza wa Jalla akan menjadikan urusan
dunianya tercerai-berai, berantakan, serba sulit, serta menjadikan hidupnya
selalu diliputi kegelisahan. Allah ‘Azza wa Jalla juga menjadikan
kefakiran di depan matanya, selalu takut miskin, atau hatinya selalu tidak
merasa cukup dengan rezeki yang Allah ‘Azza wa Jalla karuniakan
kepadanya.
Dunia
yang dapat hanya seukuran ketentuan yang telah ditetapkan baginya, tidak lebih,
meskipun ia bekerja keras dari pagi hingga malam, bahkan hingga pagi lagi
dengan mengorbankan kewajibannya beribadah kepada Allah, mengorbankan hak-hak
isteri, anak-anak, keluarga, orang tua, dan lainnya.
Cinta
kepada dunia adalah pokok semua kejelekan, oleh karenanya tidak boleh
menjadikan dunia sebagai tujuan hidup. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia
(dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang
yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di
sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah
mereka kerjakan.” (Hud/11:15-16)
Allah
Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman :
“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang
(duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki
bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat)
neraka Jahannam; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.”
(Al-Isra’/17:18)
Juga
firman Allah ‘Azza wa Jalla:
“Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat
akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barangsiapa menghendaki
keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia),
tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat.” (Asy-Syura/42:20)
Dunia
ini dilaknat oleh Allah dan dilaknat apa yang ada di dalamnya, oleh karena itu
jangan jadikan dunia sebagai tujuan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
أَلَا إِنَّ
الدُّنْيَا مَلْعُوْنَةٌ مَلْعُوْنٌ مَا
فِـيْهَا إِلَّا
ذِكْرُ
اللهِ
وَمَا
وَالَاهُ وَعَالِـمٌ أَوْ
مُـتَـعَلِّـمٌ.
“Ketahuilah,
sesungguhnya dunia itu dilaknat dan dilaknat apa yang ada di dalamnya, kecuali
dzikir kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya, orang berilmu, dan orang yang
mempelajari ilmu.” (Hadits Hasan Riwayat at-Tirmidzi dan selainnya).
Orang
yang hatinya sehat, dia akan lebih mengutamakan akhirat daripada kehidupan
dunia yang fana, tujuan hidupnya adalah akhirat. Dia menjadikan dunia ini
sebagai tempat berlalu dan mencari bekal untuk akhirat yang kekal. Orang yang
hatinya sehat akan selalu mempersiapkan diri dengan melakukan ketaatan dan
mengerjakan amal-amal shalih dengan ikhlas karena Allah ‘Azza wa Jalla
dan menjauhkan larangan-larangan-Nya, karena dia yakin pasti mati dan pasti
menjadi penghuni kubur dan pasti kembali ke akhirat. Karena itu, dia selalu
berusaha untuk menjadi penghuni surga dengan berbekal iman, takwa, dan
amal-amal yang shalih.
Orang
Muslim tujuan hidupnya adalah akhirat, karena itu ia wajib berbekal untuk
akhirat dengan bekal terbaik yaitu takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla .
Takwa yaitu melaksanakan perintah-perintah Allah ‘Azza wa Jalla dan
menjauhi larangan-larangan-Nya. Apabila seorang Muslim beriman dan bertakwa
kepada Allah, maka ia akan diberi rezeki dari arah yang tidak diduga dan
diberikan jalan keluar dari problematikanya. Allah ‘Azza wa Jalla
berfirman:
“…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya
Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah
yang tidak disangka-sangkanya…” (Ath-Thalaq/65:2-3)
Orang
yang beriman dan bertakwa kepada Allah akan dimudahkan urusannya. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman, yang artinya, “…Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah,
niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya.” (Ath-Thalaq/65:4)
Orang
yang beriman dan bertakwa kepada Allah juga akan dihapuskan dosa-dosanya dan
dilipatgandakan ganjarannya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, yang
artinya, “…Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menghapus
kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya.”
(Ath-Thalaq/65:5)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan kita bahwa kehidupan
yang sebenarnya dan yang kekal adalah kehidupan akhirat, bukan dunia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَللّٰهُمَّ ،
لَا
عَيْشَ
إِلَّا
عَيْشُ
الْآخِرَةِ ،
فَأَصْلِحِ الْأَنْصَارَ وَالْـمُهَاجِرَةَ
“Ya
Allah, tidak ada kehidupan (yang kekal) kecuali kehidupan akhirat, maka
bereskanlah (urusan) kaum Anshar dan kaum Muhajirin.” (HR. al-Bukhari).
Dalam
riwayat lain Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَللّٰهُمَّ ،
لَا
عَيْشَ
إِلَّا
عَيْشُ
الْآخِرَةِ ،
فَاغْفِرْ لِلْأَنْصَارِ وَالْـمُهَاجِرَةِ
“Ya
Allah, tidak ada kehidupan (yang kekal) kecuali kehidupan akhirat, maka
ampunilah kaum Anshar dan kaum Muhajirin.” (HR. al-Bukhari).
Ali
bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
اِرْتَـحَلَتِ الـدُّنْـيَـا مُـدْبِرَةً ،
وَارْتَـحَلَتِ الْآخِرَةُ مُقْبِلَةً ،
وَلِـكُـلِّ وَاحِدَةٍ مِـنْـهُمَـا بَـنُـوْنٌ ،
فَـكُـوْنُـوْا مِنْ
أَبْـنَـاءِ الْآخِرَةِ ،
وَلَا
تَـكُوْنُوْا مِنْ
أَبْنَـاءِ الدُّنْيَـا ،
فَإِنَّ الْـيَـوْمَ عَـمَـلٌ وَلَا
حِسَابَ ،
وَغَدًا حِسَابٌ وَلَا
عَمَلَ.
“Sesungguhnya
dunia akan pergi meninggalkan kita, sedangkan akhirat pasti akan datang.
Masing-masing dari dunia dan akhirat memiliki anak-anak, karenanya, hendaklah
kalian menjadi anak-anak akhirat dan kalian jangan menjadi anak-anak dunia,
karena hari ini adalah hari amal tanpa hisab (di dalamnya), sedang kelak adalah
hari hisab tanpa amal (di dalamnya).” (HR. al-Bukhari).
Ada
kabar mutawatir dari ulama Salaf mengatakan, “Cinta dunia merupakan induk dari
segala kesalahan (dosa) dan merusak agama. Hal ini ditinjau dari beberapa segi:
Pertama: Mencintai dunia berarti mengagungkan dunia, padahal ia
sangat hina di mata Allah ‘Azza wa Jalla . Termasuk dosa yang paling
besar adalah mengagungkan sesuatu yang direndahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla.
Kedua: Allah mengutuk, memurkai, dan membenci dunia, kecuali yang
ditujukan kepada-Nya. Karena itu, siapa saja yang mencintai apa yang dikutuk,
dimurkai, dan dibenci Allah maka ia akan berhadapan dengan kutukan, murka, dan
kebencian-Nya.
Ketiga: Orang yang mencintai dunia akan menjadikan dunia sebagai
tujuannya dan ia akan menjadikan amalan yang seharusnya menjadi sarana menuju
Allah dan negeri Akhirat berubah menjadi sarana meraih kepentingan dunia.
Di
sini ada dua persoalan:
- Menjadikan sesuatu yang seharusnya menjadi wasilah (sarana) sebagai tujuan.
- Menjadikan amal akhirat sebagai alat untuk menggapai dunia.
Ini
adalah keburukan yang terbalik dari semua sisi. Juga berarti membalik sesuatu
pada posisi yang benar-benar terbalik. Ini sesuai sekali dengan firman Allah ‘Azza
wa Jalla :
“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di
dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah
orang-orang yang tidak memperoleh balasan di akhirat kecuali neraka. Dan
lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah
apa yang telah mereka kerjakan.” (Hud/11:15-16)
Keempat: Mencintai dunia membuat manusia tidak sempat (terhalang
dari) melakukan sesuatu yang bermanfaat baginya di akhirat sebagai akibat dari
kesibukannya dengan dunia dan segala yang dicintainya.
Kelima: Cinta dunia menjadikan dunia sebagai cita-cita terbesar
manusia.
Keenam: Pecinta dunia adalah orang yang paling banyak disiksa
karena dunia, ia disiksa pada tiga keadaan :
- Ia tersiksa di dunia dengan usaha, kerja keras untuk mendapatkannya serta disiksa dengan usahanya untuk merebut dunia dari sesama pecinta dunia
- Ia tersiksa di alam barzakh (kubur) dengan terlepasnya segala yang ia cintai dari dirinya
- Ia tersiksa pada hari Kiamat.
Ketujuh: Orang yang sangat mencintai dunia dan lebih mengutamakan
dunia daripada akhirat adalah orang yang paling bodoh dan idiot. Sebab, ia
lebih mengutamakan khayalan daripada kenyataan, lebih mengutamakan tidur
daripada terjaga, lebih mengutamakan bayang-bayang yang akan segera hilang
daripada kenikmatan yang kekal, lebih mengutamakan rumah yang segera binasa dan
menukar kehidupan yang abadi dan nyaman dengan kehidupan yang tidak lebih dari
sekedar mimpi atau bayang-bayang yang segera hilang. Sesungguhnya orang yang
cerdas tidak akan tertipu dengan hal-hal semacam itu.
Imam
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
مُـحِبُّ الدُّنْيَا لَا
يَنْفَكُّ مِنْ
ثَلَاثٍ : هَمٌّ
لَازِمٌ ،
وَتَعَبٌ دَائِمٌ ،
وَحَسْرَةٌ لَا
تَنْـقَضِـى
“Pecinta
dunia tidak akan terlepas dari tiga hal: (1) Kesedihan (kegelisahan) yang
terus-menerus, (2) Kecapekan (keletihan) yang berkelanjutan, dan (3) Kerugian
yang tidak pernah berhenti.”
Seorang
Muslim tujuan hidupnya adalah akhirat dan dunia sebagai ladang menuju akhirat.
Seorang Muslim wajib ingat bahwa dia diciptakan untuk beribadah kepada Allah ‘Azza
wa Jalla. Oleh karena itu, dia wajib meluangkan waktu untuk beribadah
kepada Allah ‘Azza wa Jalla , dan hendaknya seorang Muslim setiap jam
dan harinya penuh dengan ibadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa
Jalla berfirman:
يَا ابْنَ
آدَمَ
! تَـفَـرَّغْ لِـعِـبَـادَتِـيْ أَمْـلَأْ صَدْرَكَ غِـنًـى وَأَسُدَّ فَقْرَكَ ،
وَإِنْ
لَـمْ
تَفْعَلْ مَلَأْتُ يَدَيْكَ شُغْلًا وَلَـمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ
‘Wahai
anak Adam! Luangkanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi
dadamu dengan kekayaan (kecukupan) dan Aku tutup kefakiranmu. Jika engkau tidak
melakukannya, maka Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak
akan tutup kefakiranmu’.” (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim).
Seorang
Muslim dan Muslimah tidak boleh tertipu oleh kehidupan dunia dan tidak boleh
panjang angan-angan. Hadits-hadits tentang celaan terhadap dunia dan
kehinaannya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat banyak.
Diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berjalan melewati pasar saat banyak orang berada di pasar
tersebut. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan melewati seekor
anak kambing jantan yang kedua telinganya kecil dan telah mati pula. Sambil
memegang telinga anak kambing tersebut, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
أَيُّكُم يُحِبُّ أنْ
يَكُونَ هَذَا
لَهُ
بِدرْهَم ؟
فَقَالُوْا : مَا
نُحِبُّ أنَّهُ
لَنَا
بِشَيْءٍ وَمَا
نَصْنَعُ بِهِ
؟
ثُمَّ
قَالَ
: أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَكُمْ
؟
قَالُوا : وَاللهِ لَوْ
كَانَ
حَيّاً
كَانَ
عَيْباً ،
إنَّهُ
أسَكُّ
فَكَيْفَ وَهُوَ
ميِّتٌ
! فَقَالَ : فوَاللهِ للدُّنْيَا أهْوَنُ عَلَى
اللهِ
مِنْ
هَذَا
عَلَيْكُمْ
“Siapa
diantara kalian yang suka membeli ini seharga satu dirham ?” Orang-orang
berkata, “Kami sama sekali tidak tertarik kepadanya. Apa yang bisa kami perbuat
dengannya ?” Beliau bersabda, “Apakah kalian suka jika ini menjadi milik kalian
?” Orang-orang berkata, “Demi Allah, kalau anak kambing jantan ini hidup, pasti
ia cacat, karena kedua telinganya kecil, apalagi ia telah mati?” Beliau
bersabda, “Demi Allah, sungguh, dunia itu lebih hina bagi Allah daripada
bangkai anak kambing ini bagi kalian.” (HR. Muslim).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
واللّٰـهِ ،
مَا
الدُّنْيَا فِـي
الْآخِرَةِ إِلَّا
مِثْلُ
مَا
يَـجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هٰذِهِ
– وَأَشَارَ يَـحْيَ بِالسَّبَّابَةِ – فِـي
الْيَمِّ ،
فَـلْيَنْظُرْ بِمَ
تَـرْجِعُ ؟
“Demi
Allah! Tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari
kalian yang mencelupkan jarinya -Yahya (perawi hadits) berisyarat dengan jari
telunjuknya- ke laut, maka lihatlah apa yang dibawa jarinya itu? (HR. Muslim
dan Ibnu Hibban).
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan permisalan ini, bahwa dunia
seperti air yang menempel di jari yang dicelupkan ke dalam lautan, sedangkan
akhirat adalah ibarat lautan yang sangat luas. Dunia ini sedikit dan fana,
sedangkan akhirat penuh dengan kenikmatan dan kekal abadi.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
لَـوْ كَـانَتِ الدُّنْـيَـا تَـعْـدِلُ عِـنْـدَ اللّٰـهِ جَـنَـاحَ بَـعُوْضَةٍ ،
مَا
سَقَى
كَافِـرًا مِنْـهَـا شَرْبَـةَ مَـاءٍ.
“Seandainya
dunia ini di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala senilai dengan (berat) sayap
nyamuk, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan memberi minum sedikit
pun darinya kepada orang kafir.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan selain
keduanya).
Dunia
ini tidak ada harganya meskipun hanya seberat sayap nyamuk. Tapi anehnya
manusia sibuk dan tamak kepada dunia, mereka lupa kepada kehidupan akhirat yang
penuh dengan kenikmatan. Bahkan manusia lebih mengutamakan kehidupan dunia.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Bahkan kalian mengutamakan kehidupan dunia.
Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (Al-A’la/87:16-17)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لاَ يَزَالُ قَلْبُ
الْكَبِيْرِ شَابًّا فِيْ
اثْنَتَيْنِ ؛
فِيْ
حُبِّ
الدُّنْيَا وَطُوْلِ الْأَمَلِ.
“Senantiasa
hati orang yang sudah tua, tetap muda (tetap tamak) kepada dua hal; cinta dunia
dan panjang angan-angan.” (HR. al-Bukhari).
Diriwayatkan
dari Anas radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
يَهْرَمُ ابْنُ
آدَمَ
وَتَبْقَى مِنْهُ
اثْنَتَانِ ؛
الْحِرْصُ وَالْأَمَلُ.
“Setiap
anak Adam itu akan menjadi tua dan hanya tersisa darinya dua hal; ambisi dan
angan-angannya.” (HR. Ahmad).
Begitu
banyak manusia yang dilalaikan dengan dunia beserta mimpi-mimpinya. Indahnya
dunia telah menghalangi mereka dari jalan petunjuk dan ketakwaan. Sementara
itu, setan terus memperpanjang khayalan-khayalan mereka.
Al-Hafizh
Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Yang akan muncul disebabkan banyaknya
angan-angan adalah malas untuk mengerjakan ketaatan, menunda-nunda taubat,
berambisi terhadap dunia, lupa akhirat, dan mengerasnya hati. Sebab, kelembutan
dan kejernihan hati terbentuk hanyalah dengan mengingat kematian, alam kubur,
dosa dan pahala, serta dahsyatnya hari Kiamat.”(17)
Dunia tempat Ibadah
Reviewed by Jp Tbn
on
Januari 27, 2016
Rating:
Tidak ada komentar: