Menuntut Ilmu
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ
خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا
وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ
بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ
وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى هَذَا
النَّبِيِّ اْلكَرِيْمِ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ
فَإِنَّ أَصْدَقَ اْلحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ،
وَخَيْرَ اْلهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ ﷺ، وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا،
وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةُ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِيْ
النَّارِ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي
خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا
رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَتَسَاءَلُونَ بِهِ
وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Hadirin yang berbahagia
Mempelajari ilmu agama adalah fardhu ain, yakni mengikat setiap muslim
wajib untuk mempelajarinya. Hal ini berbeda dengan mempelajari ilmu-ilmu yang
lain hukumnya fardhu kifayah, yakni bisa diwakili sebagian muslim saja yang
mampu.
Mengapa mempelajari ilmu agama itu wajib? Sebab ilmu agama itu harus
diamalkan setiap muslim, bahkan ilmu agama itu sangat mendasari keberterimaan
amal manusia.
Artinya, amal atau perbuatan yang kita lakukan ini diterima atau tidak oleh
Allah itu harus didasari ilmu. Sebab, jika tanpa ilmu orang bisa jadi berbuat
atau beramal melampaui batas yang telah ditentukan syariat. Bisa jadi pula
orang berbuat sekehendaknya, bahkan bisa jadi berbuat sesuatu dengan mengikuti
hawa nafsunya.
Bagaimana amal ibadah seseorang bisa diterima oleh Allah jika pelakunya tidak
tahu ilmunya bersuci, salat, puasa, zakat, haji, dll. Terkait hal itulah
Rasulullah menegaskan dalam hadistnya yang sangat populer
عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ
مُسْلِمٍ
“Dari Anas bin Malik ia
berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Mencari ilmu sangat diwajibkan atas setiap orang
Islam,” (HR
Ibnu Majjah)
Kalau
mencari ilmu agama itu wajib terus bagaimana dengan yang sudah terlanjur awam
agama sementara sekarang sudah tua? Bagaimana dengan yang masih balita, muda,
dan remaja?
Hadirin yang berbahagia
Untuk
menjawab pertanyaan mendasar itu Rasullah sudah menegaskan bahwa mencari ilmu
itu tidak ada batas waktunya sebab Rasulullah memerintahkan mencari ilmu itu
sejak manusia lahir sampai manusia itu meninggal dunia.
Yang harus
dipertanyakan justru bagaimana cara belajar ilmu agama yang baik itu bagi orang
yang awam agama dan bagaimana pula bagi yang belia?
Memang,
banyak sekali orang awam yang menjalankan syariat agama, tetapi hanya
ikut-ikutan saja atau sekadar makmum saja tanpa mengetahui ilmunya. Ini bukan
sesuatu yang salah, tetapi sangat berpotensi berbuat salah atau tidak sempurna
dalam beribadah. Oleh karena itu, solusinya tidak ada lain kecuali belajar
agama, mengaji atau taklim secara rutin; baik secara privat pada guru ngaji
atau mengikuti taklim umum yang diasuh kiai atau ustadz baik di masjid, musala,
majlis taklim, atau rumah-rumah para guru ngaji di sekitar kita tinggal. Hal
ini sangat penting untuk memperbaiki kualitas ibadah kita pada Allah SWT.
Hadirin,
mengaji atau taklim secara langsung pada guru ngaji ini sangat penting.
Pertama, untuk meminimalisasi kesalahan karena para guru ngaji mempunyai
sanad keilmuan dari gurunya dan lembaga atau pesantrennya yang jelas.
Kedua, untuk menghindari paham lain yang bertentangan dengan ahlussunnah
wal jamaah yang menganggap paham di luar kelompoknya dengan sesat dan kafir.
Pengajian
langsung ini berbeda pula dengan belajar via medsos yang rentan kesalahan,
dipenuhi perdebatan, penuh rekayasa pengeditan yang ujung-ujungnya membuat
orang awam tambah bingung. Hal demikian ini akan menjadikan seseorang menjadi
bingung, malas, dan bahkan bisa jadi menghilangkan niat dan minat belajar
agama.
Bila kita
ngaji langsung pada guru, jika kita
belum jelas terkait ilmu yang diajarkan, maka bisa bertanya langsung bahkan
bisa minta contoh cara mengerjakan sebuah amalan ibadah yang diajarkan. Di
samping dengan ngaji langsung pada guru, kita bisa berkumpul dengan orang-orang
saleh yang insyaallah akan menjadikan kita lebih baik dan tawadhu’.
Saking
pentingnya belajar langsung dengan seorang guru, Syaikh Abu Yazid Albusthamiy
bermadzhab Hanafi (Wafat 261 H) dalam Tafsir Ruhul Bayan mengatakan, “Barangsiapa yang tidak memiliki guru, maka gurunya adalah setan”.
Hadirin yang berbahagia
Dari
penjelasan tersebut, maka sangat jelas bagi orang-orang yang awam agama wajib
menambah pengetahuan agamanya dengan menghadiri berbagai majlis taklim yang ada
di sekitar tempat tinggalnya baik yang diselenggarakan oleh masjid, musala,
pondok pesantren, atau rumah-rumah para kiai dan guru ngaji.
Namun, bagi
anak-anak belia dan remaja, kewajban orang tuanyalah yang harus mengarahkan dan memilihkan
pendidikan agama terbaik. Sebab, salah satu hak anak yang wajib ditunaikan
orangtuanya selain memberikan nama dan memilihkan lingkungan yang baik juga
mendidik anak, khususnya mengajarkan agama dan Alquran. Sebab, setiap anak yang
dilahirkan itu dalam keadaan suci atau fitrah. Oleh karena itulah, peran orang
tuanyalah yang menjadikan mereka menjadi anak baik atau tidak baik. Hal
demikian ditegaskan oleh Rasulullah dalam hadist yang diriwayatkan dari Abi
Hurairah
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى
الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَوْيُنَصِّرَانِهِ اَوْيُـمَجِّسَانِه
Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah.
Kedua orangtuanyalah yang membuatnya menjadi orang Yahudi, Nasrani ataupun Majusi.
Melihat
tanggung jawab orang tua terkait agama itulah maka bagi orang tua yang sibuk
dan atau awam agama harus memilihkan lembaga pendidikan agama yang terbaik
juga. Sekolahkan mereka di sekolah yang berbasis agama seperti pondok
pesantren, madrasah, atau sekolah berbasis agama Islam.
Jika
mereka memilih sekolah umum, maka orang tua wajib mendorong atau memaksa mereka
belajar agama di sore harinya di TPQ, MDTU, MDTW, dst atau mengaji di malam
harinya.
Mengapa
kita harus memaksa mereka? Sebab mereka adalah aset kita nanti. Sebab, amalan
dan doa merekalah salah satunya yang dapat menolong kita saat kita telah
meninggalkan mereka.
Percuma
saja hadirin, jika kita membiayai mereka dengan biaya besar, tetapi akhirnya
nanti mereka tidak bisa menolong kita di yaumil hisab. Ingatlah selalu hadits Rasulullah
SAW yang sering kita dengar agar kita tidak terlena dengan gebyarnya dunia
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ
انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ
يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Jika anak adam meninggal dunia maka terputuslah
semua amalnya kecuali tiga perkara: Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat serta
anak sholih yang selalu mendoakan kepadanya. (HR. Muslim)
Akhirnya
melalui Khutbah ini, Khotib menegaskan lagi bahwa ilmu agama sangat penting
bagi kita dan keluarga kita karena ilmu itu mendasari amal ibadah kita pada
Allah SWT. Demikian khutbah singkat ini saya sampaikan semoga ada manfaatnya.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ
فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ
وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ
هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah
Kedua
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَ عِبَادَهُ أنْ
يَذْكُرُوْهُ ذِكْرًا كَثِيْرًا، وَأَعَدَّ لَهُمْ عَلَى ذِكْرِهِ مَغْفِرَةً
وَأَجْرًا كَبِيْرًا، وَجَعَلَ اْلقُلُوْبَ تَطْمَئِنُّ بِذِكْرِهِ، وَهُوَ
سُبْحَانَهُ يَذْكُرُ مَنْ ذَكَرَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهَ،
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
أَكْرَمُ مَنْ وَحَّدَّهُ، وَأَجَلُّ مَنْ ذَكَرَهُ، اللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ
وَبَارَكَ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ اْلأَوَّاهِ اْلمُنِيْبِ، وَعَلَى آلِهِ
وَعِتْرَتِهِ الطَّيِّبَةِ، وَعَلَى أَصْحَابِهِ اْلكِرَامِ البَرَرَةِ
فَأُوْصِيْكُمْ ــ عِبَادَ اللهِ ــ وَنَفْسِي
بِتَقْوَى اللهِ، فَإِنَّهَا هِيَ اْلعُدَّةُ اْلوَافِيَةُ، وَاْلجُنَّةُ
اْلوَاقِيَةُ، فَاتَّقُوْا اللهَ رَبَّكُمْ فِيْ السِّرِّ وَاْلعَلَانِيَّةِ،
وَكُوْنُوْا مِنْ عِبَادِهِ اْلمُتَّقِيْنَ
![Menuntut Ilmu](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjK-Pfh_8HAq5Jz9XUZLsH76PTLTwAzF_sMaxZTd2hsDCR_uJ8KQZNoODSJhoaj-AD-xk8YJ-RLh7k4OONSAgx8W1QfBCTsiWq6mmWbMbBpglli_e2tl5eYzwiaBFsM4rER8h56mriyh_TLEUuOGzNS71G58l8aNzn5OjIQ_Spus5YkWVI0Ye-oyF5I/s72-c/Menuntut%20ilmu.jpg)
Tidak ada komentar: